TULISAN PERILAKU KONSUMEN
Pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multi
dimensi yang terdiri atas self-concept sebagai inti atau pusat grafitasi
kepribadian dan traits sebagai struktur yang mengintegrasikan
kecenderungan pola-pola respon. Pola dalam arti bahasa merupakan bentuk
atau model (suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau
untuk menghasilkan suatu dan bagian dari sesuatu.
Nilai danGayahidup dalam perilaku konsumen sangat berkaitan erat
dalam kaidah-kaidah menganalisa Perilaku Konsumen serta relevansinya
dengan strategi market dalam membentuk sebuah konsumen yang kuat dengan
produsennya.
Produsen tentu memiliki standar prosedur dalam menguasai pasar,
tentunya apabila ingin memperoleh dan mendapatkan hati di para konsumen,
hal-hal yang berkaitan dengan ini yaitu melakukan riset pemasaran, agar
memperoleh hasil yang maksimal dalam proses penjualan.
Parapemasar berusaha menarik perhatian konsumen melalui karakteristik
kepribadian mereka. Orang-orang periklanan dan pemasaran sering
menggambarkan (ataumemasukkan) ciri atau sifat kepribadian khusus dalam
berbagai pesan iklan mereka. Konsep kepribadian dibahas secara teoretis
oleh para pakar melalui berbagai sudut pandang yang beraneka ragam,
diantaranya menekankan pembahasan kepribadian pada pengaruh sosial dan
lingkungan terhadap pembentukan kepribadian secara kontinu dari waktu ke
waktu, serta menekankan pada pengaruh faktor keturunan dan pengalaman
di awal masa kecil terhadap pembentukan kepribadian.
Tiga karakteristik yang perlu dibahas dalam pembahasan mengenai
kepribadian adalah kepribadian mencerminkan perbedaan antarindividu,
kepribadian bersifat konsisten dan berkelanjutan, dan kepribadian dapat
mengalami perubahan. Kepribadian berkaitan dengan konsep diri dan
bagaimana hal tersebut berpengaruh pada perilaku membeli. Semua teori
perilaku konsumen dan kepribadian yang ada mendorong minat pemasaran
terhadap studi kepribadian konsumen. Suatu strategi dapat berhasil pada
suatu saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain.
Sehingga pemasar harus senantiasa memperhatikan kepribadian tiap
konsumen untuk mencapai pasar sasaran yang tepat.
Cara berfikir manusia adalah sebuah ideologi atau gagasan yang
bersifat idealistis yang dimiliki setiap manusia secara alamiah untuk
menentukan suatu pola terarah dan memiliki sikap dalam menentukan banyak
hal, hal inilah yang menjadi indikator bagi para pemasar, bagaimana
mereka menganalisa sebuah pemikiran masyarakat agar mau membeli produk
mereka.
Faktor-faktor lingkungan adalah suatu pola eksternal dalam
mempengaruhi pola berfikir manusia dalam bersikap, yang akhirnya
menjadigayahidup dan perilaku seseorang dalam menjalani kehidupannya
sehari-hari.
Pendapatan adalah sebuah hal pokok, yang akhirnya membentuk sebuah
perilaku konsumen dalam bersikap dan juga memenuhi kebutuhan hidupnya,
seorang yang memiliki pendapatan besar tentu memiliki gaya hidup yang
berbeda dalam menjalani sebuah kehidupannya sehingga munculah sebuah
perilaku konsumerisme, yaitu pola hidup yang berlebih-lebihan dalam
mengambil keputusan untuk sebuah pola yang lebih dari apa yang
dibutuhkan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang
menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap
lingkungannya. Penekanan dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat
dalam diri atau sifat-sifat kewajiban yaitu kualitas, sifat, pembawaan,
kemampuan mempengaruhi orang dan perangai khusus yang membedakan satu
individu dari individu lainnya. Kepribadian cenderung mempengaruhi
pilihan seseorang terhadap produk. Sifat-sifat inilah yang mempengaruhi
cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, dan kapan, di mana,
dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena itu,
identifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan
dengan perilaku konsumen sangat berguna dalam penyusunan strategi
segmentasi pasar perusahaan.
Sifat-sifat Dasar Kepribadian :
1.1 Kepribadian Mencerminkan Perbedaan Individu
Karena karakterisitik dalam diri yang memebentuk kepribadian individu
me rupakan kombinasi unik berbagai faktor, maka tidak ada dua individu
yang betul-betul sama. Kepribadian merupakan konsep yang berguna karena
memungkinkan kita untuk menggolongkan konsumen ke dalam berbagai
kelompok yang berbeda atas dasar satu atau beberapa sifat.
1.2 Kepribadian Bersifat Konsisten dan Bertahan Lama
Suatu kepribadian umumnya sudah terlihat sejak manusia berumur
anak-anak , hal ini cenderung akan bertahan secara konsisten membentuk
kepribadian ketika kita dewasa. Walaupun para pemasar tidak dapat
merubah kepribadian konsumen supa ya sesuai dengan produk mereka, jika
mereka mengetahui, mereka dapat berusaha me narik perhatian kelompok
konsumen yang menjadi target mereka melalui sifat-sifat relevan yang
menjadi karakteristik kepribadian kelompok konsumen yang bersangku tan.
Walaupun kepribadian konsumen mungkin konsisten, perilaku konsumsi
mereka s ering sangat bervariasi karena berbagai faktor psikologis,
sosiobudaya, lingkung an, dan situasional yang mempengaruhi perilaku.
1.3 Kepribadian Dapat Berubah
Kepribadian dapat mengalami perubahan pada berbagai keadaan tertentu.
Karena adanya berbagai peristiwa hidup seperti kelahiran, kematian, dan
lain sebagainya. Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai
respon terhadap berbagai peristiwa yang terjadi tiba-tiba, tetapi juga
sebagai bagian dari proses menuju ke kedewasaan secara berangsur-angsur.
2. TEORI KEPRIBADIAN
2.1 Teori Freud
Teori ini dibangun atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan
yang tidak disadari, terutama dorongan seksual dan dorongan biologis
lainnya, merupakan inti dari motivasi dan kepribadian manusia.
Didasarkan kepada analisisnya , Freud mengemukakan bahwa kepribadian
manusia terdiri dari 3 sistem yang saling mempengaruhi yaitu id,
superego, dan ego.
Id dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan primitif dan
impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan
seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari
bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu
mengenai moral dan kode eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran
superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan
dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
Terakhir, yaitu ego, merupakan pengendalian individu secara sadar.
Fungsinya sebagai p emantau dalam diri manusia yang berusaha
menyeimbangkan tuntutan id yang impulsi f dengan kendala sosial buadaya
atas superego.
Freud juga menekankan bahwa kepribadian individu dibentuk ketika ia
mela lui beberapa tahap khas perkembangan bayi dan masa kanak-kanak.
Tahap-tahap ini terdiri dari tahap oral, anal, phallic, laten, dan
genital. Menurut teori Freud, kepribadian orang dewasa ditentukan oleh
seberapa baik dia menghadapi krisis ya ng dialami selama melalui setiap
tahap ini.
Parapeneliti yang menerapkan teori psikionalitis Freud pada studi
kepribadian konsumen percaya bahwa dorongan pada manusia sebagian besar
tidak disadari dan bahwa para konsumen terutama tidak menyadari alasan
mereka yang sebenarnya atas pembelian suatu jenis barang / jasa
tertentu.Paraoeneliti ini cenderung
memandang bahwa pembelian konsumen dan kepemilikan barang oleh konsumen sebagai
cerminan dari kepribadian individu yang bersangkutan.
2.2 Teori Kepribadian Neo-Freud
Penganut Neo-Freud percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar
pembentukan dan pengembangan kepribadian. Alfred Adler memandang manusia
berusaha supaya
dapat mencapai berbagai sasaran yang rasional yang
disebutnyagayahidup. Dia juga banyak menekankan pada usaha individu
untuk mengatasi perasaan rendah diri. Harry Stack Sullivan menekankan
bahwa manusia terus menerus berusaha membangun hubungan yang berarti dan
bermanfaat dengan orang lain. Ia terutama tertarik pada
berbagai usah individu untuk mengurangi tekanan, seperti kegelisahan.
Karen Horney juga memfokuskan pada pengaruh hubungan anak-orang tua,
dan keinginan individu untuk mengatasi perasaan gelisah. Horney
mengemukakan bahwa para individu dikelompokkan ke dalam 3 golongan
kepribadian sebagai berikut:
- Individu yang patuh adalah mereka yang ingin mendekati orang lain (mereka ingin disayangi, dibutuhkan, dan diharapkan.
- Individu yang agresif adalah mereka yang ingin menjauhi orang lain (mereka ingin mengungguli dan dikagumi)
- Individu yang ingin lepas adalah mereka yang ingin lepas dari orang
lain yang dulu berhubungan dengan dirinya (mereka menginginkan
kebebasan, kepracayaan diri, mencukupi kebutuhan sendiri, dan bebas dari
kewajiban)
Banyak pemasar menggunakan teori Neo-Freud ini secar intuitif.
Misalnya jika seorang pemasar ingin memposisikan produk mereka sebagai
produk yang memberikan kesempatan menjadi bagian dan dihargai orang lain
dalam lingkkungan kelompok / sosial tertentu, maka pemposisian produk
tersebut berdasarkan pengggambaran karakterisitik individu yang yang
patuh menurut Horney.
2.3 Teori Sifat
Teori sifat merupakan awal penting berpisahnya dari pengukuran
kualitatif yang menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan Neo-Freud.
Orientasi Teori Sifat terutama bersifat kuantitatif / empiris. Teori ini
memfikuskan pada pengukuran kepribadian menurut karakteristik
psikologis khusus yang disebut sifat. Sifat didefinisikan sebagai cara
yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat membedakan seorang
individu dari individu lain. Tes sifat kepribadian tunggal yang dipilih
(yang hanya mengukur satu sifat) sering disusun terutama untuk dipakai
dalam studi perilaku konsumen. Tes kepribadian
ini mengukur berbagai sifat seperti keinovatifan konsumen (seberapa
besar kemauan seseorang untuk menerima berbagai pengalaman baru),
materialisme konsumen (tingkat kecenderungan konsumen pada “kepemilikan
duniawi”), dan etnosentrisme konsumen (kemungkinan konsumen untuk
menerima/ menoilak berbagai produk buatan luar negeri).Parapeneliti
sifat telah menemukan bahwa biasanya lebih realistis mengharapkan
kepribadian berhubungan dengan cara konsumen membuat pilihan mereka atas
konsumsi golongan produk yang luas, bukan atas merk tertentu.
3. KEPRIBADIAN DAN MEMAHAMI PERBEDAAN KONSUMEN
3.1 Keinovatifan Konsumen dan Sifat Kepribadian yang Berkaitan
Parapraktisi pemasaran berusaha mempelajari semua yang dapat mereka
pelajarai mengenai invator konsumen karena respon pasar para inovator
konsumen sering menjadi petunjuk atas faktor-faktor yang akhirnya akan
menentukan sukses tidaknya produk / jasa baru tertentu. Inovator
konsumen yaitu mereka yang cenderung menjadi orang pertama mencoba
berbagai produk, jasa atau praktik baru.
Sifat kepribadian yang berguna untuk membedakan anatar inovator konsumen
dan bukan inovator meliputi sifat-sifat konsumen sebagai berikut:
-Keinovatifan
Parapeneliti konsumen telah berusaah menyusun instrumen pengukuran
untuk menaksir tingkat keinovatifan konsumen, karena ukuran sifat
kepribadian tersebut memberikan wawasan yang penting mengenai sifat dan
batas-batas kesediaan konsumen untuk berinovasi.
-Dogmatisme
Dogmatisme adalah sebuah sifat kepribadian yang mengukur tingkat
kekakuan (versus keterbukaan) yang ditunjukkan individu terhadap hal
yang belum dikenal dengan baik dan terhadap informasi yang berlawanan
dengan kepercayaan mereka yang sudah mendalam.
-Karakter Sosial
Karakter sosial adalah sifat kepribadian yang berkisar dari
pengarahan diri sendiri dan pengarahan oleh orang lain.Parakonsumen yang
diarahkan oleh diri sendiri cenderung menyandarkan pada nilai-nilai /
standar dalam diri mereka sendiri dalam menilai berbagai produk barudan
berkemungkinan menjadi konsumen inovator. Mereka cenderung tertarik pada
tipe pesan promosi yang berbeda terutama iklan yang menkankan
sifat-sifat produk dan manfaat pribadi. Sedangkan poara konsumen yang
diarahkan oleh orang lain cenderung mencari petunjuk dari orang lain
mengenai apa yang betul dan apa yang salah. Mereka cenderung menyukai
iklan-iklan yang menonjolkan lingkungan masyarakat / penerimaan
masyarakat yang disetujuinya. Jadi,para individu yang diarahkan oleh
orang lain mungkin lebih mudah dipengaruhi.
> Tingkat stimulasi optimum(TSO)
Tingkat stimulasi optimum(TSO) berkaitan dengan kesediaan yang lebih
besar untuk mengambil resiko, mencoba berbagai produk baru, menjadi
inovatif, mencari informasi yang berhubungan dengan pembelian, dan
menerima fasilitas eceran yang baru daripada TSO yang rendah. Skor TSO
juga kelihatan mencerminkan tingkat stimulasigayahidup yang diingini
seseorang. Sebagai contoh, para konsumen yanggayahidup sebenarnya sama
dengan skor TSO mereka kelihatan sangat puas, sedangkan orang-orang
yanggayahidupnya kurang memperoleh stimulasi, mungkin pemborosan.
Sedangkan mereka yang mempunyaigayahidup yang berlebihan, mungkin
mencari ketenangan atau kelegaan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
antaragayahidup konsumen dan TSO mereka mungkin mempengaruhi pilihan
mereka akan produk dan jasa serta cara mereka mengatur dan menggunakan
waktu mereka.
> Pencari Variasi-Kesenangan Baru
Adaberbagai tipe konsumen pencari variasi : perilaku pembelian yang
bersifat penyelidikan ( misalnya berpindah merek untuk mengalami
berbagai pilihan baru dan mungkin alternatif yang lebih baik),
penyelidikan pengalaman orang lain (misalnya memperoleh informasi
mengenai pilihan baru atau berbeda dan kemudian memikirkan atau
merenungkan pilihan tersebut), dan keinovatifan pemakaian ( menggunakan
produk yang sudah bisa dipakai dengan cara baru).Parapemasar sampai
tingkat tertentu diuntungkan jika menawarkan berbagai pihan tambahan
kepada para konsumen yang lebih mencari variasi produk, karena konsumen
yang mempunyai kebutuhan yang tinggi akan variasi cenderung mencari
pasar yang menyediakan berbagai lini produk. Namun jika produk yang
ditaearkan terlalu banyak memiliki keistimewaan, konsumen mungkin akan
berpaling dan menghindari lini produk yang mempunyai terlalu banyak
variasi. Akhirnya parapemasar harus menempuh jalan yang tepat, yaitu
jangan terlalu banyak, dan jangan terlalu edikit pilihan yang ditawarkan
kepada konsumen.
3.2 Faktor Kepribadian Kognitif
Kepribadian kognitif mempengaruhi berbagai aspek perilaku konsumen.
Khusunya – dua sifat kepribadian kognitif – kebutuhan akan kognisi dan
orang-orang yang suka visual (pengamat) versus orang-orang yang suka
verbal (kata-kata)
Kebutuhan Akan Kognisi
Kebutuhan ini mengukur kebutuhan atau kesenangan seseorang untuk
berpikir. Konsumen yang tinggi Kknya mungkin lebih responsif terhadap
bagian iklan yang banyak memuat informasi atau dekripsi yang berhubungan
dengan produk. Konsumen yang relatif rendah Kknya mungkin lebih
tertarik pada latar belakang atau aspek di sekitar iklan, seperti model
yang menarik atau selebriti yang terkenal. Riset yang berkaitan
mengemukakan bahwa konsumen yang tinggi Kknya mungkin akan lebih banyak
menggunakan waktu untuk mempelajari berbagai iklan cetak yang
menghasilkan merek yang unggul dan pernyataan iklan yang banyak diingat.
Orang yang Suka Visual versus Orang yang suka Verbal
Riset kepribadian kognitif menggolongkan konsumen ke dalam kelompok
orang yang suka visual ( konsumen yang lebih menyukai informasi visual
dan produk yang menekankan pada penawaran visual, seperti keanggotaan
dalam klub videotape) dan orang yang suka verbal ( konsumen yang lebih
menyukai informasi dan produk tertulis atau verbal, seperti keanggotaan
dalam klub buku atau klub audiotape). Beberapa pemasar menekankan
dimensi visualyang kuat untuk menarik orang yang suka visual, yang lain
mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban, atau menonjolkan uraian
atau penjelasan yang terinci untuk menarik perhatian orang yang suka
verbal.
3.3 Dari Materialisme Konsumen Sampai Ke Konsumen Yang Kompulsif
Materialisme Konsumen
Materialisme sebagai sifat kepribadian membedakan antara individu
yang menganggap kepemilikan barang sangat penting bagi identitas dan
kehidupan mereka, dan orang-orang yang menganggap kepemilikan barang
merupakan hal yang sekunder. Ciri-ciri orang yang materialistis yaitu :
(1) mereka sangat menghargai barang-barang yang dapat diperoleh dan
dapat dipamerkan; (2) mereka sangat egosentris dan egois;(3) mereka
mencari gaya hidup dengan banyak barang ( misalnya mereka ingin
mempunyai berbagai barang, bukannya gaya hidup yang teratur dan
sederhana saja); (4) kebanyakan milik mereka tidak memberikan kepuasan
pribadi yang lebih besar (maksudnya barang-barang milik mereka tidak
memberikan kebahagiaan yang lebih besar).
Perilaku Konsumen yang Mendalam
Diantara materialisme dan desakan untuk membeli atau memiliki
terdapat gagasan keterikatan yang mendalam dalam mengkonsumsi atau
memiliki. Seperti materialisme, perilaku konsumsi yang mendalam termasuk
perilaku yang normal dan diterima secara sosial.Parakonsumen yang
berperasaan mendalam tidak merahasiakn barang-barang atau pembelian
barang yang diminatinya sebaliknya mereka sering mempertunjukkannya, dan
keterlibatan mereka secara terbukadilakukan bersama-sama orang lain
yang mempunyai minat yang sama. Dalam dunia kolektor serius, terdapat
berjuta-juta konsumen yang medalam ang berusaha memenuhi minat mereka
dan menambah koleksi mereka. Karakteristik konsumen yang mendalam yaitu :
(1) minat yang dalam (mungkin penuh gairah) terhadap barang atau
golongan produk tertentu (2) kesediaan untuk bepergian jauh dalam rangka
menambah contoh-contoh barang atau golongan produk yang diminati, dan
(3) dedikasi untuk mengorbankan uang dan waktu yang banyak secara bebas
untuk mencari barang atau produk tersebut. Bagi konsumen yang menda lam,
bukan hanya muncul keterlibatan yang berjangka panjang atas golongan
barang itu sendiri tetapi juga intensifnya keterlibatan atas proses
memperoleh barang itu ( kadang-kadang disebut perburuan).
Perilaku Konsumsi yang Kompulsif
Konsumsi yang kompulsif termasuk perilaku yang abnormal yang
merupakan contoh ”sisi gelap konsumsi”.Parakonsumen yang kompulsif
cenderung kecanduan; dalam beberapa hal mereka tidak dapat mengendalikan
diri, dan tindakan mereka dapat berakibat merusak diri sendiri dan
orang-orang di sekeliling mereka. Contohnya adalah
berjudi yang tidak dapat dikendalikan, kecanduan obat bius
alkoholisme, dan berbagai penyimpangan makanan dan minuman. Untuk
mengendalikan atau menghilangkan masalah kompulsif tersebut biasanya
diperlukan beberapa tipe terapi atau perlakuan klinis.
4. KEPRIBADIAN MERK
Kepribadian merk menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik
”mirip-kepribadian” pada berbagai merk di berbagai macam golongan
produk. Contohnya pada jeans Levi’s 501 adalah dapat diandalkan dan
kuat, sejati dan asli, dan orang Amerika dan orang Barat. Citra merek
yang mirip kepribadian seperti itu mencerminkan visi konsumen mengenai
intisari dari berbagai merek produk konsumen yang kuat.
4.1 Personifikasi Merk
Personifikasi merek yaitu berusaha menuangkan kembali persepsi
konsumen mengenai sifat-sifat produk atau jasa ”karakter manusiawi”.
Banyak konsumen yang menyatakan perasaan diri mereka mengenai produk
atau merek menurut kepribadian yang mereka kenal. Mengenali hubungan
kepribadian merek konsumen sekarang ini atau menciptakan hubungan
kepribadian untuk produk baru merupakan tugas pemasaran yang penting.
Mr. Coffee, merek alat pembuat kopi yang populer dan menetes secara
otomatis menggambarkan hubungan konsumen-merek.Parakonsumen menyebut
Mr.Coffee seolah-olah produk tersebut adalah seseorang. Jadi Mr.Coffee
dipandang sebagai seseorang yang dapat diandalkan, bersahabat, efisien,
cerdas, dan hebat.Adalimadimensi yang menentukan kepribadian merek yaitu
ketulusan, kegairahan, kemampuan, kecanggihan, dan kekuatan, dan
segi-segi kepribadian yang mengalir dari tiap dimensi seperti ketulusan
hati, keberanian, cerdas, dan luwes. Kerangka ini cenderung menampung
berbagai kepribadian merek yang dikejar oleh berbagai produk konsumen.
4.2 Kepribadian Produk Dan Gender
Kepribadian produk atau pesona sering melengkapi produk atau merek
dengan gender. Pemberian gender sebagai bagian dari gambaran kepribadian
produk sesuai sekali dengan realitas pasar bahwa produk dan jasa, pada
umumnya dipandang oleh konsumen mempunyai gender. Misalnya kopi dan
pasta gigi merupakan produk maskulin, sedangkan sabun mandi dan shampo
dipandang sebagai produk feminin.
4.3 Kepribadian Dan Warna
Konsumen tidak hanya mengaitkan sifat-sifat kepribadian ke produk dan
jasa tetapi mereka juga cenderung menghubungkan berbagai faktor
kepribadian ke berbagai warna khusus. Contohnya, Coca Cola dihubungkan
dengan merah yang mengandung arti kegembiraan. Kuning dihubungkan dengan
sesuatu yang baru, dan hitam sering mengandung arti kecanggihan.
Kombinasi hitam dan putih menunjukkan bahwa produk dibuat dengan teliti,
berteknologi tinggi, dan desainnya canggih. Nike menggunakan warna
hitam, putih, dan sedikit merah untuk berbagai model sepatu olahraganya
yang terpilih yang secara tidak langsung menyatakan ”sepatu olahraga
berkinerja tinggi”. Untuk mengungkapkan pandangan tersebut, para
peneliti menggunakan berbagai macam teknik pengukuran kualitatif,seperti
observasi, kelompok fokus, wawancara yang mendalam, dan teknik
proyektif.
5. DIRI DAN CITRA DIRI
Citra diri atau persepsi mengenai diri sangat erat hubungannya dengan
kepribadian, di mana orang cenderung membeli produk dan jasa serta
menjadi pelanggan perusahaan ritel yang mempunyai citra atau kepribadian
yang cocok dengan citra diri mereka sendiri.
Satu Atau Banyak Pribadi
Secara historis, individu dianggap mempunyai ciri-diri tunggal dan
tertarik, sebagai konsumen, pada produk dan jasa yang dapat memuaskan
pribadi yang tunggal itu. Tetapi akan lebih tepat menganggap bahwa
konsumen mempunyai banyak pribadi. Konsumen tunggal mungkin bertindak
sangat berbeda terhadap orang lain yang berbeda-beda dan dalam keadaan
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, seseorang mungkin akan berperilaku
dengan cara yang berbeda kepada orang tua, di sekolah, di kantor,
menunjukkan kepribadian atau peran yang berbeda-beda sesuai situasi yang
dihadapi. Gagasan bahwa seseorang individu mewujudkan sejumlah pribadi
yang berbeda meminta para pemasar supaya membidik produk dan jasa mereka
kepada konsumen dalam konteks pribadi yang khusus dan dalam kasus-kasus
tertentu, pilihan produk yang berbeda untuk diri yang berbeda.
5.1 Susunan Citra Diri
Produk dan merk mempunyai nilai simbolis bagi para individu yang
menilainya atas dasar konsistensi ( kesesuaian ) dengan citra pribadi
mereka sendiri. Pada umumnya, orang percaya bahwa konsumen berusaha
memelihara atau meningkatkan citra diri mereka dengan memilih produk
atau merk yang mempunyai citra atau kepribadian yang mereka yakini
sesuai dengan citra diri mereka sendiri dan menghindari produk yang
tidak sesuai. Riset menunjukkan bahwa para konsumen yang mempunyai
hubungan yang kuat dengan merk-merk khusus – hubungan pribadi – merk
yang positif – memandang merk tersebut sebagai mewakili aspek tertentu
dalam diri mereka.
Beberapa ragam citra-diri sebagai berikut:
1.Citra-diri aktual, yaitu bagaimana konsumen memandang diri mereka dalam
kenyataanya.
2.Citra-diri ideal, yaitu bagaimana konsumen ingin memandang diri mereka.
3.Citra-diri sosial, yaitu bagaimana konsumen merasa orang lain memendang
mereka.
4.Citra-diri sosial ideal, yaitu bagaimana konsumen ingin dipandang oleh orang lain.
5.Citra-diri yang diharapkan, yaitu bagaimana konsumen diharapkan
memandang diri mereka di waktu tertentu di masa yang akan datang.
Citra diri yang diarapkan berada di antara citra diri aktual dan citra diri idea
l, yang merupakan kombinasi yang berorientasi ke masa depan antara
”apa adanya”(citra diri aktual) dan ”menjadi” apa yang diingini konsumen
(citra diri ideal)sehingga dijadikan pedoman untuk merancang dan
mempromosikan produk. Konsep citra diri mempunyai implikasi strategis
bagi para pemasar yaitu dengan membagi pasar mereka atas dasar citra
konsumen yang relevan dan kemudian mengatur posisi produk atau jasa
mereka menurut posisi citra diri tersebut.
5.2 Perluasan Diri
Saling keterkaitan antara citra-diri konsumen dan kepemilikannya
(barang-barang yang mereka sebut ”milik” mereka) menegaskan atau
memperluas citra diri mereka. Contohnya, seorang anak belasan tahun
dapat memandang dirinya sebagai ”lebih didambakan, lebih modern, dan
lebih sukses” karena ia memiliki ”sepasang sepatu karet model tahun
terakhir” yang diburu banyak emosi manusia dapat dihubungkan dengan
kepemilikan yang berharga sehingga kepimilikan tersebut dapat dianggap
sebagai perluasan diri. Kepemilikan dapat memperluas diri dengan
beberapa cara:
1.Secara aktual, dengan memberi kesempatan seseorang melakukan
hal-hal yang biasanya akan sangat sulit atau mustahil diselesaikan
sendiri.
2.Secara simbolis, dengan membuat orang itu merasa lebih baik atau ”lebih
besar”.
3.Dengan memberikan status atau peringkat.
4. Dengan memberikan perasaan abadi dengan mewariskan barang milik yang berharga kepada angggota keluarga yang lebih muda.
5.Dengan memberkahi dengan kekuatan gaib.
5.3 Mengubah Diri
Kadang-kadang para konsumen ingin mengubah diri mereka menjadi
pribadi yang berbeda ”bertambah baik”. Pakaian, alat bantu perawatan
atau kosmetik, dan segala macam asesori memberikan peluang kepada
konsumen untuk mengubah penampilan mereka dan dengan cara demikian
mengubah pribadi mereka. Dengan berbagai produk untuk mengubah diri,
para konsumen serring menyatakan individualisme dan keunikan mereka
dengan menciptakan pribadi yang baru, dengan mempertahankan pribadi yang
sudah ada, dan memperluasnya.
5.4 Keangkuhan Dan Perilaku Konsumen
Menurut hasil penelitian, ada dua jenis keangkuhan :
1. Keangkuhan fisik, perhatian yang berlebihan terhadap dan/atau pandangan
yang positif atau terlalu tinggi terhadap penampilan fisik seseorang.
2. Keangkuhan prestasi, perhatian yang berlebihan terhadap dan /atau
pandangan yang positif atau terlalu tinggi terhadap prestasi pribadi
seseorang.
Kedua gagasan ini berkaitan dengan materialisme, pemakaian kosmetik, perhatian pada pakaian, dll
6. KEPRIBADIAN ATAU DIRI YANG SESUNGGUHNYA
Gagasan kepribadian virtual atau diri virtual memberi kesempatan
kepada individu untuk mencoba kepribadian yang berbeda atau identitas
yang berbeda. Jika kepribadian itu sesuai, maka kepribadian dapat
ditingkatkan, orang mungin akan memutuskan untuk memelihara kepribadian
baru dengan memperbaiki kepribadian lama. Adanya internet telah
mendefinisikan kembali identitas manusia dengan menciptakan ”pribdi
online”. Dari sudut pandang perilaku konsumen, kesempatan untuk mencoba
kepribadian baru dapat menimbulkan perubahan dalam bentuk perilaku
membeli yang dipilih, yang pada gilirannya dapat memberikan peluang baru
kepada para pemasar untuk menargetkan berbagai ”pribadi online”.
7. POLA DAN JENIS-JENIS KEPRIBADIAN
7.1 Pola Kepribadian
Elizabeth B. Hurlock mengemukakan bahwa pola kepribadian merupakan
suatu penyatuan struktur yang multi dimensi yang terdiri atas
self-concept sebagai inti atau pusat grafitasi kepribadian dan traits
sebagai struktur yang mengintegrasikan kecenderungan pola-pola respon.
Masing-masing pola itu dibahas dalam paparan berikut.
7.2 Self Concept (Concept of Self)
Self-Concept ini dapat diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan,
perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri; (b) kualitas
pensipatan individu tentang dirinya sendiri; (c) suatu sistem pemaknaan
individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain tentang
dirinya.
Self-concept ini memiliki tiga komponen, yaitu: (a) perceptual atau
phsycal self-concept, citra seseoarang tentang penampilan dirinya
(kemenarikan tubuh atau bodynya), seperti: kecantikan, keindahan atau
kemolekan tubuhnya; (b) conceptual atau psychological self-concept,
konsep seseorang tentang kemampuan (kelemahan) dirinya, dan masa
depannya, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidupnya: honesty,
self-confidence, independence, dan courage, dan (c) attitudinal, yang
menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap
keberadaan dirinya, sikapnya terhadap keberadaan dirinya sekarang dan
masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggaan dan
keterhinaannya. Apabila seseorang telah masuk masa dewasa, komponen
ketiga ini terkait juga dengan aspek-aspek: keyakinan, nilai-nilai,
idealita, aspirasi, dan komitmen terhadap filsafat hidupnya.
Dilihat dari jenisnya, self-concept ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
a. The Basic Self-Concept
Jame menyebutnya sebagai real self, yaitu konsep seseorang tentang
dirinya sebagaimana apa adanya. Jenis ini meliputi : persepsi seseorang
tentang penampilan dirinya, kemampuan dan ketidak mampuannya, peranan
dan status dalam kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan, serta
aspirasinya.
b. The Transitory Self-Concept
Ini artinya bahwa seseorang memiliki self-concept yang pada suatu
saat dia memegangnya, tetapi pada saat lain dia melepaskannya.
Self-concept ini mungkin menyenangkan, tetapi juga tidak menyenangkan.
Kondisinya sangat situasional, sangat dipengaruhi oleh suasana perasaan
(emosi), atau pengalaman yang telah lalu.
c. The Social Self-Concept.
Jenis ini berkembang berdasarkan cara individu mempercayai orang lain
yang mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan maupun tindakan. Jenis
ini sering juga dikatakan sebagai mirror image. Contoh : jika kepada
seorang anak secara terus menerus dikatakan bahwa dirinya naughty
(nakal), maka dia akan mengembangkan konsep dirinya sebagai anak yang
nakal. Perkembangan konsep diri sosial seseorang dipengaruhi oleh jenis
kelompok sosial dimana dia hidup, baik keluarga, sekolah, teman sebaya
atau masyarakat. Jersild mengatakan apabila seoarang anak diterima,
dicintai, dan dihargai oleh orang-orang yang berarti baginya (yang
pertama orang tuanya, kemudian guru, dan teman), maka anak dapat
mengembangkan sikap untuk menerima dan menghargai dirinya sendiri. Namun
apabila orang-orang yang berarti (significant people) itu menghina,
menyalahkan, dan menolaknya, maka anak akan mengembangkan sikap-sikap
yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri.
d. The Idea Self-Concept
konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa yang
diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan apa yang seharusnya mengenai
dirinya. Konsep diri ideal ini terkait denga citra fisik maupun psikis.
Pada masa anak terdapat diskrepansi yang cukup renggang antara konsep
diri ideal dengan konsep diri yang lainnya. Namun diskrepansi itu dapat
berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak (terutama apabila
seseorang sudah masuk usia dewasa).
8. NILAI
Pola yang dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan
alasan seseorang dalam membelanjakan uang atau sember daya yang mereka
kelola dan mereka miliki. Semakin tinggi mereka menilai dari suatu
barang dan jasa terhadap kehidupan, maka makin tinggi pula apresiasi
mereka dalam memandang barang dan jasa tersebut dari segi konsumsi.
Contohnya adalah jika seseorang memandang bahwa jenjang pendidikan
yang lebih tinggi adalah sesuatu yang mutlak dan penting, maka ia akan
berusaha untuk memperoleh pendidikan yang layak, walaupun tentu ada uang
yang harus ia keluarkan untuk hal tersebut. Dan sebaliknya, alau
seseorang menmandang pendidikan sebagai sesuatu yang kurang begitu
penting bagi dirinya, maka ia tidak akan berusaha untuk memperoleh
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun ia sebenarnya memiliki
kemampuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
9.GAYA HIDUP
Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang
memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan
nilai-nilai, rasa, dan kesukaan.Gayahidup adalah bagaimana seseorang
menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh
karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan
seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani
siklus kehidupan.
Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian.Gaya
hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan
uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian
menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang
memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka
terhadap sesuatu.
Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku
pembelian yang ada dalam dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau
bahkan mengubahgayahidup individu tersebut.
Berbagai faktor dapat mempengaruhigayahidup seseorang diantaranya
demografi, kepribadian, kelas sosial, daur hidup dalam rumah tangga.
Kasali (1998) menyampaikan beberapa perubahan demografi Indonesia di
masa depan, yaitu penduduk akan lebih terkonsentrasi di perkotaan, usia
akan semakin tua, melemahnya pertumbuhan penduduk, berkurangnya orang
muda, jumlah anggota keluarga berkurang, pria akan lebih banyak, semakin
banyak wanita yang bekerja, penghasilan keluarga meningkat, orang kaya
bertambah banyak, dan pulau Jawa tetap terpadat.
BAB III
KESIMPULAN
Kepribadian dapat dijelaskan sebagai karakteristik psikologis yang
menen tukan dan menggambarkan bagaimana seseorang merespon
lingkungannya. Walaupun kep ribadian cenderung konsisten dan bertahan
lama, tetapi dapat berubah dengan tiba -tiba sebagai respon terhadap
berbagai peristiwa hidup yang utama maupun secara berangsur-angsur dari
waktu ke waktu. Kepribadian produk dan merk memberikan pel uang yang
nyata kepada para pemasar untuk memanfaatkan kaitan konsumen dengan be
rbagai merk yang mereka tawarkan. Citra diri yang dirasakan individu
menentukan bagaimana ia berperilaku terhadap sebuah produk. Sehingga
sudah menjadi tugas pe masar untuk dapat menilai hal-hal yang dibutuhkan
konsumen sesuai dengan kepriba dian maupun citra dirinya yang kemudian
digunakan untuk memperoleh keuntungan melalui produk-produk yang menjadi
pilihan konsumen
Sumber :
- http://www.scribd.com/doc/28601689/kepribadian-dalam-perilaku-konsumen
- http://www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar